Milenial Mendominasi

Mayoritas pembeli rumah di kawasan Jabodetabek sepanjang kuartal I didominasi oleh kalangan Milenial. Sebagian besar dari mereka membeli rumah bukan sebagai aset investasi melainkan tempat tinggal.

Generasi Milenial telah menjadi fokus banyak penelitian dan diskusi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal kepemilikan rumah. Membeli rumah pertama adalah langkah besar bagi Milenial. Pasalnya, dengan harga yang terus meroket dan pendapatan yang masih relatif belum stabil, Milenial dianggap masih sulit mendapatkan rumah pertamanya.

Kendati demikian, berbeda halnya pada kuartal I tahun 2024 yang mana Milenial mendominasi pembelian rumah. Fenomena ini terpotret dari riset yang dikeluarkan Pinhome, platform end-to-end property-tech bertajuk Indonesia Residential Market Report 2023 & Outlook 2024. Dalam laporan tersebut, pada kuartal I tahun 2024, penjualan rumah di Jabodetabek didominasi oleh pembeli Milenial dengan persentase 55%.

Dalam konteks pembelian rumah, harga rumah dan lokasi geografis menjadi faktor kunci dalam pengambilan keputusan. Permintaan terbanyak pada segmen harga rumah menengah ke bawah dengan harga Rp 200 hingga 600 juta, yaitu sebesar 36% dari total permintaan oleh Milenial. Adapun rumah dengan tipe 36 yang paling banyak dipilih oleh milenial.

Dalam hal lokasi, Bogor menjadi pilihan utama, diikuti dengan Tangerang, dan kemudian Bekasi yang juga menarik perhatian bagi generasi Milenial. Perbedaan perilaku antara Generasi Milenial, Generasi X, dan Generasi Z dalam pembelian rumah menggambarkan evolusi preferensi dan kondisi ekonomi yang berbeda di antara ketiga kelompok ini. 

Generasi X cenderung memilih rumah menengah ke bawah dan menengah ke atas yang tentunya berhubungan dengan kondisi ekonomi yang lebih stabil dengan pendapatan yang relatif lebih tinggi. Di sisi lain, Generasi Z, lebih cenderung memilih rumah sederhana dengan harga di bawah Rp 200 juta. Ini mencerminkan fase awal kehidupan yang masih berada dalam tahap membangun awal karier, di mana kepemilikan rumah menjadi prioritas dengan adanya keterbatasan pada kemampuan finansial. Grafik 1.

Adapun data yang mendasari laporan ini bersumber dari database Pinhome yang luas, mencakup lebih dari 1 juta inventori perumahan serta kemitraan dengan lebih dari 20 bank dan institusi keuangan. Diperkaya dengan data eksternal yang terpercaya, data disintesis dan dianalisis melalui berbagai metode statistik untuk menghasilkan wawasan yang tidak hanya bersifat nasional tetapi juga regional.

Berdasarkan tipe rumah yang paling banyak diburu, rumah kecil menjadi tipe yang paling banyak diburu dengan persentase kenaikannya sebesar 1.040% dibandingkan dengan kuartal I tahun 2023. Rumah dengan tipe 21 umumnya diincar sebagai rumah pertama dengan harga yang sangat terjangkau. Kemudian diikuti oleh rumah dengan tipe 36 dengan pertumbuhan sebesar 690%. Grafik 2.

Dayu Dara Permata, Chief Executive Officer (CEO) dan Co-founder Pinhome menjelaskan, pasar properti Indonesia menunjukkan ketahanan luar biasa pada kuartal pertama 2024 yang didorong oleh kuatnya permintaan pembeli rumah pertama dan Milenial, terutama pada segmen rumah terjangkau.

“Laporan terbaru kami menunjukkan 55% transaksi properti dilakukan oleh Milenial. Hal ini menegaskan peran penting generasi muda dalam menggerakkan pasar properti, terutama di tengah dinamika seperti pergeseran minat ke wilayah berkembang dan peningkatan permintaan sewa rumah di tengah kenaikan suku bunga,” kata Dayu.

Temuan lain dari penelitian ini mengungkapkan bagaimana Milenial mendominasi pasar properti. Mereka memilih rumah dengan harga menengah ke bawah sebesar Rp 200-600 juta yang menjadi pilihan utama. Adapun alasan milenial banyak membeli rumah lantaran adanya pemilihan umum (Pemilu) 2024 sehingga banyak insentif yang diberikan pemerintah di antaranya seperti Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).

Kedua hal tersebut juga mempengaruhi lanskap industri properti pada tiga bulan pertama tahun ini. Pemilu memicu sikap hati-hati di kalangan pembeli properti mewah, sementara minat terhadap rumah terjangkau tetap tinggi. 

Hal ini mencerminkan kebutuhan masyarakat akan hunian yang sesuai dengan kemampuan finansial mereka di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi. Di sisi lain, permintaan rumah mewah selama masa pemilu cenderung melambat.

Insentif bebas PPN mendorong keputusan pembelian hingga 25%, namun tenggat waktu kebijakan ini juga menjadi pertimbangan penting bagi pembeli. Sedangkan kenaikan suku bunga berdampak pada pasar sewa. “Meningkatnya suku bunga pinjaman bank mendorong permintaan sewa rumah, terutama di kalangan Milenial yang mencari alternatif hunian yang lebih terjangkau,” katanya.

Di sisi lain, Henry Napitupulu, Planning & Design Director Paramount Land mengatakan desain rumah yang laku di pasaran pada tahun ini akan berbeda dengan tahuns sebelumnya. Pasalnya, perkembangan industri properti di Indonesia terus terjadi. Perkembangan ini terjadi bukan hanya dari sisi demand dan ketersediaan hunian tetapi juga kreasi desain yang kian atraktif.

Setidaknya ada lima tren desain rumah yang akan berkembang, meliputi rumah dengan konsep ramah lingkungan, padu padan unsur tradisional dengan modern, penggunaan pencahayaan alami semakin menguat, dan pemilihan dan pemanfaatan furniture bergaya alami.

“Dalam siklus pengembangan kota, hunian akan berkembang secara desain, ukuran luas, dan harga akan mengikuti. Secara gradual, peningkatan kelas akan dilakukan,” ujar Henry.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top