Rekomendasi Terpercaya
Influencer marketing telah menjadi salah satu strategi pemasaran yang paling efektif dalam industri e-commerce. Namun, konsumen saat ini lebih cerdas memandang para influencer. Hanya rekomendasi yang bisa dipercaya yang akan mereka dengarkan.
Di dunia e-commerce, rekomendasi dari orang-orang berpengaruh lebih ampuh memengaruhi keputusan pembelian dibandingkan dengan iklan tradisional. Influencer juga bisa membangun kepercayaan pengikut melalui konten yang autentik dan related dengan kehidupan sehari-hari audiens. Bagi merek, pemilihan influencer yang tepat berarti bisa semakin tepat membidik segmen pasar tanpa harus menyebarkan pesan mereka ke audiens yang tidak relevan.
Efektivitas influencer dalam memengaruhi keputusan pembelian di e-commerce terjadi lantaran mayoritas penggunanya merupakan kalangan muda. Hal ini terpotret dari penelitian Populix yang bertajuk Platform E-commerce Terfavorit Selama Pandemi. Penelitian yang melibatkan sebanyak 6.285 responden laki-laki dan perempuan menunjukkan mayoritas pengguna e-commerce merupakan kalangan Milenial dan Gen Z.
Tercatat, kedua generasi tersebut mendominasi belanja online di e-commerce dengan persentase 68%. Secara terperinci, pemuda berusia 18-21 tahun sebesar 35% dan usia 22-28 tahun 33%. Sedangkan pengguna usia 29-38 tahun hanya 18%. Berdasarkan demografi tersebut, secara karakter pembelian mereka sangat terpengaruh oleh rekomendasi influencer. Grafik 1.
Untuk platformnya, Shopee menjadi yang paling favorit bagi pemuda laki-laki dan perempuan. Tercatat, sebanyak 79% responden perempuan lebih suka menggunakan platform ini untuk belanja online. Sedangkan responden laki-laki sebanyak 55%.
Tokopedia menempati peringkat kedua dengan digunakan responden laki-laki sebanyak 18% dan perempuan 7%. Pada peringkat ketiga ditempati oleh Lazada yang digunakan 14% responden laki-laki dan 9% perempuan. Sedangkan Bukalapak menempati peringkat empat dengan persentase pengguna laki-laki sebanyak 5% dan perempuan hanya 0,8%. Grafik 2.
Agar bisa memanfaatkan influencer dengan tepat dan berdampak, merek tidak boleh asal-asalan dalam memilih influencer. Merek harus menyesuaian persona dengan produk yang dijual dan kemudian diturunkan dalam konten autentik. Riset harus terus menerus dilakukan lantaran perilaku belanja online terus bergerak dengan cepat.
Ambrosia Tyas, AVP of Brand Marketing Bukalapak menuturkan, saat ini tren konten pemasaran yang kerap digunakan influencer di e-commerce lebih terfokus pada personalisasi, interaktivitas, dan autentisitas. Selain itu, penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan analitik data mulai marak digunakan untuk membantu dalam memahami preferensi pengguna secara lebih mendalam. Sehingga konten yang dihasilkan lebih relevan dan menarik.
Tyas menyebut, efektivitas influencer marketing membuat keputusan pembelian di e-commerce cukup tinggi. Kendati demikian, tingkat keberhasilannya berbeda-beda tergantung dari barang dan pemilihan jenis kontennya.
“Persentase kesuksesannya dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor seperti relevansi influencer, kualitas konten, dan strategi kampanye. Secara umum, influencer marketing yang dilakukan dengan tepat dapat meningkatkan penjualan secara signifikan, dengan estimasi kontribusi 20-30% terhadap penjualan produk tertentu. Hal ini karena rekomendasi dari influencer yang terpercaya mampu mempengaruhi keputusan pembelian pengikut mereka dengan efektif,” kata dia.
Untuk bisa sukses menggandeng influencer di e-commerce, kata Tyas, merek harus memilih influencer dengan mempertimbangkan relevansi dan kesesuaian. Mereka harus memiliki audiens yang sesuai dengan target pasar. Misalnya, untuk produk kecantikan, pilihlah influencer dengan pengikut yang tertarik pada fesyen dan beauty karena akan lebih efektif.
Kemudian hal lain yang harus dipertimbangkan adalah engagement rate atau tingkat keterlibatan dengan audiens yang meliputi jumlah likes, comments, shares dari pengikut. Ini merupakan salah satu indikator penting dari seberapa berpengaruh influencer yang akan dipilih. Keautentikan juga menjadi pertimbangan lantaran influencer yang autentik dan memiliki hubungan yang kuat dengan pengikutnya cenderung lebih dipercaya.
Seluruh pertimbangan itu diperkuat dengan track record selama ini dengan melihat kampanye sebelumnya yang pernah dilakukan influencer. Sehingga memberikan gambaran tentang efektivitas dan gaya mereka. Untuk tipe influencer-nya, Tyas lebih merekomendasikan merek menggunakan micro-influencers dan nano-influencers.
Sebagai informasi, micro-influencers adalah orang-orang berpengaruh dengan jumlah pengikut 10.000 hingga 100.000 akun. Adapun nano-influencers memiliki jumlah pengikut sebanyak 1.000 hingga 10.000 akun.
“Mereka biasanya memiliki pengikut yang lebih sedikit, tetapi memiliki hubungan yang lebih personal dan autentik dengan audiens mereka. Pengikut mereka cenderung lebih percaya dan terlibat dengan rekomendasi yang diberikan, karena merasa lebih dekat dan terhubung secara emosional,” kata dia.
Besarnya pengaruh influencer sebagai pertimbangan dalam keputusan pembelian membuat Tokopedia mendorong penggunanya menjadi influencer. Upaya ini dilakukan dengan memperkenalkan program affiliate sejak awal tahun 2022 untuk memberikan opsi pendapatan tambahan bagi siapa pun. Lewat kegiatan ini, masyarakat bisa menjadi influencer dan mendapatkan komisi dengan mempromosikan produk di platform e-commerce melalui link afiliasi yang dibagikan ke media sosial.
Pengguna affiliate dapat meraih komisi hingga 10% maksimal Rp 50.000 ketika produk berhasil terjual dari link khusus yang mereka bagikan. Selain itu, mereka juga bisa mendapatkan komisi senilai Rp 50 untuk setiap kunjungan tervalidasi ke halaman produk atau toko yang dipromosikan. Program ini mendapatkan respons yang positif sepanjang tahun 2022.
“Animo masyarakat cukup tinggi. Jumlah pengguna aktif dari Tokopedia Affiliate naik hampir lima kali lipat pada kuartal III-2022 dibandingkan dengan kuartal I-2022,” kata Nirmala Hapsari, AVP of Content Marketing Platform Tokopedia.
Program ini tidak hanya bisa membantu masyarakat yang ingin menjadi affiliate, tetapi juga bisa menjadi strategi affiliate marketing bagi penjual, khususnya para pelaku UKM lokal menjadi lebih interaktif dan menarik. Pasalnya, melalui affiliate, penjual atau toko dapat dipromosikan dengan lebih kreatif melalui ulasan atau video tutorial kepada kerabat, rekan, atau kreator konten lainnya. Ini bisa membantu penjual memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan penjualan.
“Pelaku usaha tidak lagi perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk affiliate karena komisi dari kunjungan ke produk atau toko dan penjualan produk yang dipromosikan akan dibayarkan penuh oleh Tokopedia,” tutur Nirmala.